Mengenal
Bullying
‘Bullying’ adalah salah satu bentuk perilaku
kekerasan yang dengan disengaja dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
yang merasa kuat/berkuasa dengan tujuan menyakiti atau merugikan seseorang atau
sekelompok yang merasa tidak berdaya.‘Bullying’ bisa dilakukan dalam bentuk
fisik maupun psikologis. Saat ini, banyak anak dan remaja yang menjadi korban
bullying baik secara langsung di sekolah, tempat les, lingkungan maupun melalui
media sosial seperti Facebook, Twitter, Path, Instagram, dll. Penelitian
menunjukkan bahwa anak dan remaja yang menjadi korban bullying sangat rentan
terhadap masalah yang serius pada kesehatan jiwa, fisik dan akademiknya.
Cook
dkk pada tahun 2010 melaporkan bahwa korban ‘bullying’ lebih sering mengalami
gejala depresi, menyakiti diri sendiri, pikiran untuk bunuh diri, dan
pencapaian akademik yang rendah. Sedang mereka yang melakukan ‘bullying’ juga
tidak lepas dari sikap dan perilaku yang kurang baik seperti : perilaku
menentang, sering bolos sekolah, merokok dan memakai narkoba serta perilaku kekerasan
lainnya. Mereka yang menjadi korban dan pelaku bullying juga sering mengalami
sakit kepala, sakit punggung, sakit perut, masalah tidur, nafsu makan menurun
dan sering mengompol (Gini & Pozzoli, 2009).
“Bullying”
juga merupakan prediktor munculnya gangguan jiwa yang berat lainnya seperti
ansietas, depresi dan psikotik. Masa depan generasi penerus menjadi terganggu
dengan adanya bullying ini sehingga perlu ada usaha yang taktis dan sistematis
untuk melakukan pencegahan dan penanganannya.
Orangtua,
komunitas, sekolah, dan profesional di bidang kesehatan jiwa berperan penting
dalam melakukan pencegahan dan penanganan masalah ‘bullying’ ini. Komunikasi
yang baik dan pola asuh yang tepat yang dilakukan orangtua akan membuat anak
dengan leluasa dan nyaman untuk bercerita mengenai hal yang dialaminya sehingga
anak tetap bisa tenang menghadapi masalah tersebut.
Banyak
anak yang tidak melaporkan bahwa mereka adalah korban perilaku ‘bullying’.
Sekolah perlu menerapkan aturan yang tegas untuk mencegah masalah ‘bullying’
ini dengan menerapkan manajemen yang baik terhadap anak yang bertendensi
melakukan perilaku agresif. Keluarga dan sekolah perlu melakukan pelatihan dan
pendidikan keterampilan hidup (life skills) supaya anak dan remaja memiliki
kemampuan dalam mengatasi masalah kehidupa mereka terutama dari teman
sebayanya.
Setiap
anak yang menjadi korban dan pelaku ‘bullying’ perlu ditangani secara
profesional supaya perilaku dan dampak yang ditimbulkan tidak menimbulkan
masalah psikologis lanjut di kemudian hari.
“Bullying”
Menyakiti Perasaan Orang Lain
Saat
seseorang melakukan bullying, baik secara fisik, verbal, sosial, ataupun cyber
maka dia telah menyakiti perasaan orang lain.
Berbagai
perasaan yang tidak nyaman yang bisa terjadi pada mereka yang di bully, di
antaranya :
-
sedih
-
takut
-
marah
-
khawatir
-
bingung
-
malu
-
sendirian
-
lelah
-
kacau
-
gugup
-
tidak berani keluar rumah
-
tidak aman
-
dll
Semua
perasaan negatif ini dapat mengganggu aktivitas/kegiatan sehari hari. Mari
mengenali teman teman atau orang orang di sekitar kita yg mengalami perasaan
tersebut akibat di bully. Mari menjadi temannya dan menolongnya karena perasaan
tersebut sungguh tidak enak dan mereka butuh teman yang menenangkan.
Jenis-Jenis
Bullying
1. Fisik
Contohnya: memukul, mendorong, menendang, menjambak, mencubit
dll
2. Verbal
Contohnya: mengancam, memanggil dengan kata yg tidak
baik/kasar, berkomentar yg merendahkan, meledek, menjelek jelekkan, dll
3. Sosial
Contohnya : Menjauhi, memberitahu teman untuk tidak
berteman dengannya, tidak diajak bergabung dalam kelompok, menceritakan hal yg
buruk, rumor, gosip, dll
4. Cyber
Contohnya: mengata ngatai di media sosial, kata kata
kasar, menyindir, dll
Semua jenis bullying tersebut bertujuan untuk menyakiti
seseorang.
Berhentilah melakukan bullying karena tidak ada seorang
pun yg mau tersakiti.
Mari lawan bullying!
Mengapa
Seseorang Melakukan Bullying
Hampir semua pernah mengalami bullying dalam kehidupannya
sebelum usia 20 tahun. Akibat yang ditimbulkan sering kali cukup sulit untuk
ditangani, baik fisik maupun mental. Perbedaan yang dimiliki oleh seseorang
seringkali dijadikan alasan untuk melakukan bullying, gara gara aneh, memiliki
kekurangan, kelemahan, dll. Hal ini dipakai oleh pelaku Bullying untuk
mengambil kontrol atas diri kita, menciptakan ketidakamanan (insecurity) dengan
tujuan menyakiti kita secara fisik dan emosi. Sebagai korban bullying kita
mulai menginternalisasikan hal tersebut dan mulai menyalahkan diri sendiri
dengan keunikan yg kita miliki.
Tapi tahukah kita bahwa sebenarnya Perilaku Bullying itu
lebih disebabkan karena ada Masalah Psikologis pada pelaku Bullying itu
sendiri.
Beberapa penelitian menunjukkan, mereka yg melakukan
bullying mengalami hal hal berikut ini :
1. Stres dan Trauma
Pelaku bullying mengalami stres dan trauma dalam
kehidupan mereka, seperti: kehilangan orang yg mereka kasihi, perceraian orang
tua, pengalaman hidup yg tidak baik, kekecewaan, dll. Beberapa orang bisa
memberikan respon yang positif atas stres dan trauma yg dialaminya, tetapi
mereka yg lain melakukan tindakan agresif seperti bullying sebagai respon
mereka menghadapi itu.
2. Perilaku Kekerasan di Sekitar
Perilaku kekerasan baik secara verbal atau fisik mudah
ditiru oleh seorang anak yang kemudian menjadi karakter dan kepribadiannya di
kemudian hari. Seringnya menyaksikan kekerasan di rumah, lingkungan, film,
sinetron, games, dll dapat memicu munculnya perilaku kekerasan seperti bullying
ini.
3. Harga Diri Rendah (low self esteem)
Untuk menutupi kekurangan yg dimilikinya maka pelaku
bullying melakukan tindakan agresif yg seolah olah menunjukkan bahwa mereka
lebih hebat, lebih kuat dan lebih popular. Padahal mereka sebenarnya sedang
menutupi atau menghindari perhatian orang lain terhadap kelemahan yg mereka miliki.
Harga diri yg rendah memicu munculnya perilaku bullying.
4. Pernah Menjadi Korban Bullying
Menjadi korban bullying pada waktu sebelumnya memicu
mereka menjadi pelaku bullying saat ini karena dendam yang dirasakan dan
melampiaskannya pada orang lain. Ada juga pikiran bahwa dengan melakukan
bullying maka mereka akan terhindar menjadi korban bullying yg sebenarnya
dirasakan sangat menyakitkan.
5. Kehidupan di Rumah yang Sulit
Para pelaku bullying mengalami kehidupan di rumah yg
sulit seperti kesibukan orang tua, kurang kasih sayang, kurang memiliki waktu
bersama, perasaan tertolak dan diabaikan. Percekcokan dalam rumah sering
terjadi pada pelaku bullying.
Dengan mengetahui hal ini maka kita menyadari bahwa
pelaku bullying tersebut sebenarnya
- ingin menunjukkan mereka tangguh, hebat
- mencoba membuat orang lain menyukai mereka
- berusaha menutupi ketakutan, kekhawatiran mereka
- meniru pelaku bullying yg lain
- mereka tidak bahagia
- mereka tidak nyaman dengan hidup mereka
Marilah kita sama sama juga mendampingi para pelaku
bullying ini agar tindakan tersebut tidak terulang lagi dan tidak ada korban
bullying berikutnya. Bila diperlukan bawalah pelaku bullying ke profesional
kesehatan jiwa seperti Psikiater, perawat jiwa dan psikolog untuk mendapatkan
penanganan. Karena bila tidak ditangani dengan baik maka pelaku bullying dapat
berkembang menjadi masalah/gangguan kejiwaan dan juga gangguan kepribadian.
Dr.Lahargo Kembaren, SpKJ
Psikiater
RS.dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor
RS. Siloam Bogor