Beberapa hari
yang lalu kita mendengar sebuah berita kejadian bunuh diri yang dilakukan oleh
seorang wanita muda dengan cara melompat dari lantai 10 sebuah apartemen.
Setiap fenomena bunuh diri selalu
meninggalkan perenungan bagi kita semua, perasaan kaget, sedih, kecewa, marah,
takut, cemas, memunculkan pertanyaan mengapa hal itu bisa terjadi dan juga semangat
untuk melakukan pencegahan agar hal itu tidak kembali terjadi. Dampak yang
disebabkan oleh fenomena bunuh diri ini juga bukanlah hal yang ringan,
kehilangan orang yang dikasihi, perasaan traumatik akibat peristiwa tersebut
bagi keluarga dan mereka yang menyaksikan kejadian bunuh diri ini dan juga.
Menurut World
Health Organization (WHO), lembaga kesehatan dunia, angka kejadian bunuh diri setiap
tahun ada 800.000 orang, jadi dalam 40
detik ada 1 orang yang melakukan bunuh diri. Angka terbanyak kejadian bunuh
diri berada pada rentang usia 15-29 tahun. 1,4% kematian di seluruh dunia
disebabkan oleh bunuh diri.
Tanda dan Gejala
Seorang yang
melakukan bunuh diri/mencoba bunuh diri sebenarnya tidak sungguh-sungguh ingin
mengakhiri hidupnya, mereka sebenarnya ingin penderitaan/konflik yang
dialaminya cepat berakhir. Hanya sayangnya bunuh diri yang menjadi pilihan
karena seolah tidak ada bantuan lain yang bisa diharapkan. Ada beberapa tanda
dan gejala bunuh diri yang perlu diketahui agar bisa melakukan pencegahan,
antara lain :
·
Berbicara tentang keinginan untuk mati atau ingin bunuh
diri
·
Berbicara tentang perasaan kosong, hampa dan tidak punya alasan
untuk hidup
·
Membuat rencana untuk bunuh diri seperti melihat website mengenai
cara bunuh diri, membeli senjata/alat untuk melakukannya, membeli obat-obatan
dalam jumlah banyak
·
Berbicara tentang perasaan bersalah dan malu yang sangat
berat
·
Berbicara tentang perasaan terjebak, tidak memiliki jalan
keluar
·
Merasa ‘sakit’ yang berkepanjangan dan tidak ada perbaikan,
fisik/psikis
·
Merasa menjadi beban yang berat bagi orang lain
·
Menggunakan minuman keras atau Narkoba dan semakin sering
·
Berprilaku cemas dan agitasi
·
Menarik diri dari keluarga dan teman teman
·
Perubahan pada pola tidur dan pola makan
·
Menunjukkan perilaku marah atau keinginan balas dendam
·
Melakukan perilaku berisiko seperti menyupir mobil
kencang dan ugal ugalan
·
Berbicara dan berpikir tentang kematian semakin sering
·
Perubahan mood yang ekstrim, dari sangat sedih menjadi
sangat tenang dan sangat gembira
·
Melepaskan posisi yang penting dalam pekerjaan, berhenti
kuliah/bekerja
·
Mengucapkan selamat tinggal pada teman teman dan keluarga
·
Membuat surat wasiat
·
Menuliskan di media sosial mengenai bunuh diri dan
kematian
Apabila ditemukan
tanda dan gejala seperti di atas sebaiknya segera menghubungi profesional
kesehatan jiwa seperti Psikiater, psikolog, perawat jiwa, dokter umum terlatih,
pekerja sosial, dll agar segera mendapatkan petolongan. RS.dr.H.Marzoeki Mahdi
Bogor memiliki Hot Line Service Kedaruratan Psikiatri, Layanan ‘Crisis Centre’
di nomor (0251) 8310611.
Faktor Risiko
Tidak ada
diskriminasi pada fenomena bunuh diri, setiap orang memiliki risiko untuk
melakukan bunuh diri, jenis kelamin, suku budaya, latar belakang pendidikan dan
pekerjaan. Perilaku bunuh diri disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks
dan tidak ada penyebab tunggal. Ada beberapa faktor risiko yang membuat
perilaku bunuh diri lebih mudah terjadi, yaitu :
·
Depresi, gangguan jiwa lain (skizofrenia, bipolar,
ketergantungan zat)
·
Kondisi penyakit tertentu
·
Nyeri kronis
·
Riwayat perilaku bunuh diri sebelumnya
·
Riwayat anggota keluarga dengan bunuh diri, gangguan jiwa
dan penyalahgunaan zat
·
Kekerasan dalam keluarga termasuk verbal, fisik dan seksual
·
Memiliki senjata yang berbahaya di rumah
·
Baru keluar dari penjara
·
Terekspos/terpapar dengan perilaku bunuh diri yang
dilakukan oleh orang lain seperti anggota keluarga, teman, bintang
film/selebriti yang diidolakan
Banyak orang yang
mengalami faktor risiko tersebut tetapi tidak melakukan bunuh diri, perlu
diperhatikan bahwa perilaku bunuh diri adalah tanda adanya suatu stres yang
berat yang dialami oleh orang tersebut. Setiap pikiran dan perilaku bunuh diri
harus dianggap sebagai suatu hal yang serius dan segera mendapatkan
pertolongan.
Penanganan
Apabila terdapat
tanda, gejala dan faktor risiko mengenai perilaku bunuh diri maka perlu segera
dilakukan penanganan. Hal – hal yang bisa dilakukan antara lain adalah :
1.
Lakukan komunikasi dan pendampingan yang intensif untuk
memastikan apa yang dikhawatirkan tidak benar
2.
Katakan bahwa dia tidak sendirian, ada banyak yang mau
dan bersedia membantu
3.
Memberikan respon krisis dengan segera sesuai dengan
tingkatan level risiko bunuh diri
a. Rendah
: ada pikiran bunuh diri, tidak ada
rencana, tidak mau melakukannya
b. Sedang
: beberapa kali muncul pikiran
bunuh diri, sedikit rencana, tidak mau
melakukannya
c.Tinggi : sering muncul pikiran bunuh diri,
rencana yang jelas, tidak mau
melakukannya
d.
Berat :
selalu muncul pikiran bunuh diri, rencana yang jelas dan terus
menerus berniat melakukannya
4.
Tawarkan bantuan dan bawa konsultasi ke profesional
kesehatan jiwa yang akan memeriksa dan memberikan penatalaksanaan yang sesuai.
5.
Berusaha untuk proaktif untuk menawarkan bantuan ketika
muncul ide-ide bunuh diri lagi dengan meninggalkan nomor telepon
6.
Pindahkan benda-benda yang berbahaya yang bisa menjadi
alat untuk melakukan bunuh diri
Terapi
Saat dibawa ke
profesional kesehatan jiwa maka orang yang melakukan perilku bunuh diri akan
mendapatkan terapi yang sesuai dengan kondisi kejiwaan yang dialaminya.
1.
Pengobatan/medikasi :
Clozapin adalah obat pilihan untuk mengurangi risiko bunuh diri, obat obatan
yang dapat diberikan lainnya adalah : anti psikotik, anti depresan, anti
cemas/ansietas dan mood stabilizer
2.
Psikoterapi : terapi bicara untuk menguatkan kondisi
mental dan merubah persepsi orang yang melakukan bunuh diri, Terapi Pikiran dan
Perilaku (CBT=cognitive behaviour therapy ) akan sangat membantu
3.
Rehabilitasi Psikososial : pemberian psikoedukasi,
latihan keterampilan sosial, remediasi kognitif dan terapi okupasi/vokasi akan
membantu proses pemulihan.
Setiap orang
memiliki problema/masalah kehidupannya masing-masing dan kemampuan
menghadapinya pun berbeda-beda. Melakukan deteksi dini dan manajemen stres yang
baik akan mengurangi risiko terjadinya bunuh diri di kemudian hari. Pengetahuan
tentang manajemen stres dan masalah kejiwaan juga penting dipahami oleh
berbagai lapisan masyarakat seperti mahasiswa, pekerja, guru, orang tua, anak,
dll. Lakukan pencegahan terhadap bunuh diri karena kehidupan jauh lebih indah
ketika kita berguna dan memberi manfaat daripada mengakhirinya. Salam sehat
jiwa!
Dr.Lahargo Kembaren, SpKJ
Psikiater
RS.Jiwa.dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor
Kepala Instalasi
Rehabilitasi Psikososial RSMM Bogor
Pengurus Pusat
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia