Pada setiap tanggal 10 Oktober, di seluruh dunia diadakan peringatan hari
kesehatan jiwa sedunia (World Mental Health Day). Tahun ini tema yang diangkat
adalah “Living with Skizofrenia” (hidup bersama skizofrenia), mencoba mengingatkan
kita semua bahwa pasien dengan skizofrenia layak hidup bermartabat dengan kita
semua. Skizofrenia adalah gangguan jiwa berat yang membuat penderitanya sulit
membedakan mana yang nyata dan mana yang khayalan. Saat ini ditemukan bahwa
penyebab munculnya gangguan ini adalah adanya ketidakseimbangan zat biokimia di
dalam saraf otak penderitanya. Beberapa hal yang dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan tersebut antara lain adalah : faktor genetik, mereka yang memiliki
anggota keluarga yang menderita masalah/gangguan kejiwaan lebih rentan untuk
terkena gangguan skizofrenia; adanya penyakit yang berat sebelumnya seperti
kejang, penyakit tiroid, riwayat trauma kepala; penggunaan narkoba; situasi
kehidupan yang berat yang menjadi stresor secara psikologis seperti adanya
kekecewaan, keinginan yang tidak tercapai, kehilangan, dll.
Gangguan skizofrenia ditandai dengan adanya beberapa perubahan dalam sikap,
perilaku, dan pikiran dari penderitanya, yaitu : adanya halusinasi (seperti
mendengar suara-suara bisikan, melihat bayangan, mencium bau-bau, merasa ada
sesuatu di kulitnya, merasa rasa rasa di lidah yang semuanya tida ada
sumbernya); adanya waham/delusi (keyakinan/persepsi yang salah seperti : yakin
ada yang mau membunuh/berbuat jahat, yakin ada yang memperhatikan,
membicarakannya, merasa dirinya adalah sosok yang hebat dan punya kekuatan
tertentu, cemburu/curiga yang berlebihan); pembicaraan tidak nyambung/ngaco
(yang bersangkutan sulit memahami yang kita bicarakan demikian juga
sebaliknya); emosi yang tidak stabil (kadang marah, bisa juga jadi mengisolasi
diri, tidak mau bersosialisasi). Semua gejala di atas merupakan akibat dari
proses kimiawi yang terjadi di dalam saraf otaknya. Beberapa mitos atau
pendapat yang salah di masyarakat yaitu: Skizofrenia adalah penyakit kutukan,
akibat santet, guna-guna, kurang iman, dibuat-buat harus mulai diganti dengan
pendapat bahwa ini adalah penyakit medis yang bila diterapi dengan cepat dan
tepat bisa memberikan kesembuhan yang diharapkan.
Hidup bersama dengan orang dengan skizofrenia bukanlah suatu hal yang tidak
mungkin karena setiap pasien memiliki harapan untuk sembuh bila mengikuti
strategi terapi yang diberikan. Ada 3 pilar pengobatan skizofrenia yaitu :
farmakologi (obat-obatan), psikoterapi (terapi dengan percakapan), dan
rehabilitasi (mengembalikan fungsi-fungsi yang sudah hilang). Obat-obatan yang
diberikan termasuk ke dalam golongan anti psikotik yaitu obat yang bila
digunakan bisa menstabilkan kembali zat kimia di otak penderitanya. Ada 2
golongan obat yang digunakan yaitu generasi lama dan generasi baru yang
memiliki manfaat/khasiat yang sama, hanya berbeda pada efek sampingnya.
Pemberian obat anti psikotik untuk skizofrenia ini bisa dilakukan dengan
beberapa cara yaitu : tablet dan sirup yang diminum, suntik jangka pendek, dan
suntik jangka panjang. Psikoterapi adalah suatu bentuk terapi dengan
percakapan, pasien-pasien skizofrenia membutuhkan suatu percakapan yang
produktif dan konstruktif untuk merubah sudut pandangnya terhadap suatu hal
sehingga dia bisa memiliki cara berpikir yang baru dalam menghadapi kehidupan.
Rehabilitasi memegang peranan penting dalam terapi skizofrenia karena pasien
biasanya memiliki banyak disabilitas yang membuatnya tidak bisa menjalankan
kehidupannya dengan baik, kemampuan mengurus diri, berkomunikasi, dan
merencanakan sesuatu. Rehabilitasi terdiri dari berbagai upaya program yang
memperlengkapi pasien dengan skizofrenia agar mampu kembali ke masyarakat dan
berfungsi serta produktif dalam hidupnya. Beberapa terapi seperti latihan
keterampilan sosial, latihan vokasional, psikoedukasi, remediasi kognitif, dll
akan membuat pasien kembali pada fungsinya yang semula sehingga masa depan yang
cerah bisa diraih.
Hidup bersama skizofrenia tidak hanya harapan bagi pasien yang menderita
gangguan ini tetapi juga bagi keluarga dan masyarakat. Mari kita wujudkan
bersama hak-hak para penderita skizofrenia dan hidup bersama mereka dalam
meraih harapan yang dicita citakan. Salah sehat jiwa
Dr. Lahargo Kembaren, SpKJ (psikiater)
Ketua SMF Psikiatri RS.Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor