Dalam rangka mengisi Hari Kesehatan
Jiwa Sedunia yang jatuh pada tanggal 10 Oktober 2012, Kementerian Kesehatan
bekerja sama dengan Kementerian Sosial dan RS Marzoeki Mahdi Bogor
menyelenggarakan acara Safari Bebas Pasung di wilayah Kecamatan Kebon Pedes
Sukabumi. Pada acara ini diberikan penjelasan tentang apa itu gangguan jiwa dan
bagaimana pengobatannya serta penjelasan bahwa pasien gangguan jiwa tidak perlu
dipasung karena ada pengobatan yang bisa memulihkan kondisinya.
Pemasungan merupakan suatu tindakan
yang dilakukan terhadap seorang penderita gangguan jiwa yang dirasakan
mengganggu ketentraman sekitarnya. Kurangnya pengetahuan keluarga/caregiver
tentang skizofrenia, meliputi diagnosis, gejala, penyebab, pengobatan,
perjalanan penyakit, dan prognosis penyakit menyebabkan penderita skizofrenia
tidak mendapatkan penatalaksanaan yang optimal. Banyak keluarga yang menganggap
bahwa gangguan ini disebabkan oleh pengaruh jahat, roh halus, atau akibat
guna-guna. Kondisi ini membuat penderita skizofrenia seringkali terlambat
dibawa berobat ke dokter atau psikiater karena pada saat awal penderita
menunjukkan gangguan, mereka pertama kali dibawa berobat ke pengobatan
alternatif, dukun, paranormal, atau orang pintar lainnya. Hasil penelitian
Salan (1983) melaporkan bahwa 37,9% penderita gangguan jiwa tidak berobat ke
fasilitas pelayanan kesehatan jiwa saat pertama kali sakit. Penelitian yang
dilakukan oleh Hadman dkk (1992) menunjukkan adanya jalur yang panjang sebelum
pasien mencapai rumah sakit jiwa. Penelitian tersebut menyatakan hal tersebut berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan mengenai gangguan jiwa.
Gangguan jiwa seperti skizofrenia
ditandai dengan ketidakmampuan seseorang dalam membedakan mana yang nyata dan
tidak nyata. Keadaan ini ditandai dengan munculnya gangguan persepsi seperti
halusinasi (seperti mendengar suara-suara bisikan, melihat bayangan-bayangan,
mencium bau-bauan, seperti ada sesuatu di kulit, dan seperti ada rasa tertentu
di lidah) dan juga adanya waham (keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan
kenyataan yang terjadi, seperti merasa ada yang mengikuti, seperti dibicarakan
atau diperhatikan orang lain, merasa memiliki kekuatan super, dll).
Gejala-gejala tersebut sering sekali membuat pasien yang menderita skizofrenia
menunjukkan perilaku yang kacau dan agresif. Hal ini lah yang sering mengganggu
ketentraman masyarakat sehingga keluarga memutuskan untuk memasung pasien
dengan gangguan skizofrenia ini.
Saat ini pengobatan untuk gangguan
jiwa seperti skizofrenia sudah sangat modern. Penelitian membuktikan bahwa ada
zat kimia (neurotransmiter) di sistem saraf otak yang terganggu keseimbangannya
pada penderita gangguan jiwa dan pengobatan yang tepat bisa memulihkan kondisi
ini. Variasi obat untuk gangguan jiwa saat ini sangat banyak pilihannya, mulai
dari obat tablet, sirup, suntik jangka pendek dan suntik jangka panjang.
Obat-obatan ini bekerja di sistem saraf otak dengan cara menstabilkan zat kimia
(neurotransmiter) sehingga pikiran, sikap, dan perilaku penderitanya bisa
kembali normal. Selain dengan pengobatan diperlukan juga terapi lainnya seperti
terapi pikiran dan perilaku serta rehabilitasi psikiatri untuk memulihkan
kondisi orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) ini sehingga mereka bisa kembali
produktif dalam hidupnya. Dukungan dari keluarga dan masyarakat sangatlah
penting bagi pemulihan orang dengan masalah kejiwaan. Salah satu masalah
penting pada penatalaksanaan pasien skizofrenia adalah stigma. Stigma adalah
pandangan masyarakat yang negatif terhadap suatu keadaan. Stigma terhadap
penyakit skizofrenia merupakan masalah yang cukup memprihatinkan. Skizofrenia
masih dianggap sebagai penyakit yang memalukan dan membawa aib bagi keluarganya.
Bagi masyarakat, penderita skizofrenia dirasakan sebagai ancaman dan sering
membuat resah karena dianggap sering berperilaku yang membahayakan. Hal ini
membuat penderita skizofrenia dan keluarganya sering dikucilkan, mengalami
isolasi sosial, dan diskriminasi dari masyarakat sekitarnya. Pihak keluarga
seringkali tidak bisa menerima perilaku penderita skizofrenia yang menunjukkan
gejala positif seperti halusinasi, waham, gangguan pikiran, dan perilaku kacau.
Bagi pasien sendiri, ketika harus kembali ke keluarga maupun masyarakat, ia
harus menghadapi kenyataan adanya perbedaan sikap dari keluarga terhadap
dirinya dibandingkan dengan anggota keluarga yang lainnya. Mereka cenderung
mendapat halangan untuk mendapat perlakuan yang layak, kesulitan dalam mencari
pekerjaan, dan sebagainya. Tak jarang mereka juga disembunyikan, diisolasi, dan
dikucilkan. Kenyataannya, pasien dengan skizofrenia bisa hidup normal seperti
yang lainnya dengan minum obat yang rutin dan teratur. Jangan pasung orang
dengan masalah kejiwaan, bawa ke psikiater dan obati dengan teratur !
Dr.Lahargo Kembaren,SpKJ
Psikiater RS.Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor
Dr,
ReplyDeleteMohon nasihatnya, bagaimana ya mau memujuk seorang yang punya tanda-tanda skizofrenia/bipolar untuk bertemu psikiater. Patient ini merasakan semua orang akan pergi jauh darinya kalau diketahui dia ada mental problem.